Selasa, 12 Desember 2017

Perbedaan Antara Hadits Dan Sunnah

Antara Hadits Dan Sunnah

Perbedaan antara hadits dan sunnah secara etimologis, Hadits berasal dari kata tahdis berarti mengabarkan (ikhbar), karna ahli hadits sering menyatakan haddasana (telah menceritakan kepada kami) atau akhbarana (telah mengabarkan kepada kami). Perkata'an hadits juga merupakan antonim qodim (lama) atau qarib (dekat atau belum lama terjadi). Di dalam Al-Qur'an perkata'an hadits disebut sebanyak 23 kali pada 21 surah.

Adapun di dalam ayat tersebut ada perkat'an hadits yang bermakna kisah, ajaran, kata, wahyu, kabar atau berita. Adapun bentuk jamaknya, yaitu kata ahadis yang bisa bermakna kisah atau bahan cerita terdapat 5 ayat dalam 5 surah. Perkata'an ahadispun akhirnya di jadikan kata jamak untuk hadits Nabi Shollallohu alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam. 


Adapun perkata'an sunnah bermakna jalan, ketentuan, dan kebiasa'an baik atau tidak. Al-Qur'an adakalanya menggunakan Sunnah (mufrod) dan adakalanya Sunan (jamak), atau dengan kata lain kebiasa'an, ketentuan, hukum syari'at (sunnah tasyri'iyyah), Sunnah taskhiriyyah yang biasa di sebut dengan sebutan Sunnahtulloh atau hukum alam. 

Di dalam Al-Qur'an, kata sunnah dalam bentuk mufrod dan jamak di sebut sebanyak 16 kali. Perkata'an hadits atau sunnah menjadi konsep yang baku dan amat beragam, apabila di lihat dari peristiwa dan pertumbuhan yang menghiasi sejarah perkembangan, seperti: politik, ekonomi, sosial masyarakat. 

Ulama Hadits Berpendapat Terkait Perbedaan Antara Hadits Dan Sunnah

Untuk itu 'Ulama hadits berpegang pada konsepnya sendiri bahwa yang dikatakan sunnah adalah hadis begitu juga sebaliknya. Antara Suni dan syi'ah terdapat dalam konsep hadis. Perbeda'an tersebut terletak pada sumber utama perkata'an atau perbuatan tersebut. 

Di kalangan syi'ah yang termasuk hadits shohih tidak sampai kepada Nabi Shollallahu alaihi wa 'ala aalyhi wa sallam, akan tetapi cukup kepada para Imam ahlul bait (keluarga dan keturunan Nabi Shollallahu alaihi wa 'ala aalyhi wa sallam yang biasanya dari Imam ja'far as-Sadiq), termasuk muttasil (bersambung), apabila tidak ada riwayat dari Nabi Shollallohu alaihi wa 'ala aalyhi wa sallam secara langsung. 

 Suatu riwayat yang di terima dari ahlul bait termasuk hadits shohih walaupun yang sebenarnya tidak sampai kepada Nabi Shollallohu alaihi wa 'ala aalyhi wa sallam, asalkan sanadnya sampai kepada para Imam ahlul bait. 

Adapun Apabila suatu riwayat yang tidak melalui para ahlul bait, pada hal secara sanad riwayat tersebut sampai kepada Nabi Shollallohu alaihi wa 'ala aalyhi wa sallam, maka mazhab syia'ah menganggap bahwa hadits tersebut munqati (terputus) dan tidak muttasil-marfu' (bersambung kepada Nabi Shollallohu alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam). 

 Istilah hadits dan sunnah di kalangan ahli hadits sudah menjadi suatu konsep baku. Hadits dan Sunnah adalah suatu perkata'an, perbuatan, dan pengakuan segala hal ihwal yang di nisbahkan kepada Rosulullohi Shollallohu alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam. 

Baik sebelum menjadi Rosul maupun sesudahnya. Istilah sunnah di kalangan ahli usul dan ahli fikih berbeda dari ahli hadits. Menurut ahli usul fikih, sunnah adalah segala sesuatu yang di nisbahkan kepada Rosulullohi Shollallohu 'alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam yang berkaitan dengan hukum syari'at. 

Sementara itu, menurut ahli fikih yang di namakan sunnah adalah segala sesuatu yang tidak termasuk wajib. Maksud dengan perkata'an Nabi shollallahu alaihi wa 'ala aalyhi wa sallam adalah segala perkata'an yang di sampaikan oleh Nabi shollallahu alaihi wa 'ala aalyhi wa sallam, perbuatan adalah perbuatan Nabi Shollallohu alayhi wa sallam yang di lihat oleh para Sohabat Rodiyallohu ta 'Alaa anhum. 

Sedangkan pengakuan Nabi Shollallohu alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam ialah segala perkata'an atau perbuatan para Sohabat Rodiyallohu ta 'Alaa anhum yang sempat di ketahui oleh beliau Shollallahu alaihi wa 'ala aalyhi wa sallam dan beliau Shollallahu alaihi wa 'ala aalyhi wa sallam tidak menegur atau menyalahkannya.

Dan di antara contohnya ialah hadits Taqriri (pengakuan Nabi Shollallohu alaihi wa 'ala aalyhi wa sallam) yakni salah satu hadits yang di riwayatkan oleh al-Imam Bukhori dan al-Imam Muslim Rohimahullohu ta 'Alaa tentang kehalalan daging biawak. 

 Makna hadits dengan sunnah identik dengan sabda Nabi Shallallohu Alaihi Wa 'ala aalyhi wa sallam yang tercantum di dalam kitab hadits, sehingga di sebut sebagai kitab hadits atau kitab sunnah. 

Namun sebenarnya perkata'an sunnah lebih luas daripada hadits. Karna itu, mungkin orang menyebut sunnah Rosul, sunnah Sohabat, sunnah al-awwalin (generasi pertama). 

 Disamping itu dua istilah yang amat berkaitan dengan hadits atau sunnah yakni khabar dan atsar, dan khabar adalah sinonim dari hadits, akan tetapi tidak setiap khabar dapat di katakan hadits, khabar dapat diartikan berita yang di terima berita yang di terima dari Nabi Shollallohu alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam atau selain dari Nabi Shollallohu alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam. 

Smentara Atsar adalah segala yang di nisbahkan kepada seseorang selain Nabi Shollallohu alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam. Menurut 'Ulama khurasan, yang di sebut atsar ialah khusus yang diterima dari para Sohabat Rodiyallohu ta ala anhum, akan tetapi adakalanya atsar di nisbahkan kepada Rosulullohi Shollallohu 'alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam, sebagaimana ucapan do'a yang ma'sur dari Rosulullohi Shollallohu 'alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam. 

Perkata'an hadis atau sunnah dikalangan masyarakat Muslim bermakna sama, sehingga apabila dikatakan sunnah, maksudnya sama dengan hadits atau sebaliknya. Di samping itu juga, adapula yang di sebut hadits Qudsi yakni sabda Rosulullohi Shollallohu 'alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam yang di nisbahkan kepada Allohu Jalla Jalaluh sebelum Rosulullohi Shollallohu 'alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam menyatakan sesuatu, 

sebagai contoh ada perowi yang menyebutkan hadits tertentu bahwa Rosulullohi Shollallohu 'alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam bersabda,

"Allohu tabaroka wata 'Aala berfirman" atau menggunakan ungkapan, "Rosulullohi Shollallohu 'alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam bersabda sebagaimana ia terima dari Allohu ta 'ala." 

 Salah satu contoh hadits Qudsi ialah hadits yang di riwayatkan dari al-Imam Muslim yang artinya: 

 "Rosul Shollallohu alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam bersabda sebagaimana yang di terimanya dari Tuhannya, 'Sesungguhnya Aku (Alloh) mengharomkan kezholiman atas diri-Ku (Alloh) dan atas hamba-hamba-Ku, janganlah kalian saling menzholimi.'" 

 Berdasarkan penjelasan diatas, walaupun ada nuansa konsep bagi penganut mazhab dalam Islam, mereka sepakat bahwa hadits atau sunnah itu menjadi sumber di dalam ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur'an. 

Oleh karna itu hadits atau sunnah mempunyai otoritas tersendiri dalam pembina'an ajaran Islam, sejak zaman Nabi Shollallohu alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam sampai pada zaman sekarang ini, baik dari segi aspek aqidah, syari'at ataupun akhlaq. 

Wallohu ta 'ala a'lam bisshowab 
 Demikian semoga bermanfa'at.

Perbedaan Antara Hadits Dan Sunnah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Gusari bethan

0 komentar:

Posting Komentar

Assalamualaykum
Berilah komentar dengan menjaga adab