Senin, 27 November 2017

Amar Ma'ruf Nahi Mungkar Dan Jihad

Amar Ma'ruf Nahi Mungkar Dan Jihad adalah kewajiban bagi setiap pribadi Muslim. Sebelum penulis melanjutkan tulisan ini, penulis memohon kepada Alloh subhanahu wata ala, semoga postingan kali ini mendapat berkah dan ridho dari-Nya. Begitu juga saya memohon kepada seluruh Pesantren, organisasi-organisasi Islam, partai-partai Islam, sekolah-sekolah Islam, bahkan kepada seluruh seluruh kaum Muslimin pada zaman ini agar bersedia meluangkan sebagian waktunya untuk berkhidmat mendakwahkan Agama yang mulia ini. Aamiin Allohumma aamiin. 


 Dewasa ini Islam tidak saja dibinasakan oleh kaum kafirin, tetapi juga dibinasakan oleh kita sendiri, dan pada hakekatnya kita umat Islam sendirilah yang membinasakan Agama yang mulia ini, karna Allohu tabaroka wata ala telah berfirman yang artinya:

 "Sholat adalah tiang agama, barang siapa yang meninggalkan sholat, maka dialah yang meruntuhkan agama."
Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
      Seluruh amalan yang wajib maupun yang sunnah bukan hanya di tinggalkan oleh umat Islam yang awam, tetapi juga oleh para tokoh penting dalam agama. Kita sering membicarakan orang-orang yang meninggalkan Sholat, Puasa, sementara berjuta-juta orang telah terjerumus di dalam jurang kemusyrikan dan kekufuran. 

Dan yang lebih parahnya lagi bahwa mereka sendiri sedikitpun tidak menyadari kalau mereka sedang menuju ke jurang kemusyrikan dan kekufuran. Perbuatan harom, fasik, dan kejahatan atau kemaksiatan yang lainnya terang-terangan mereka lakukan telahpun meningkat dengan pesat. 

INILAH YANG AKAN TERJADI KETIKA MENINGGALKAN AMAR MA'RUF NAHI MUNGKAR DAN JIHAD

 Sekarang tidak ada lagi kemaksiatan yang tersembunyi di hadapan kita. Mengabaikan, menghina, dan meremehkan agama telah menjadi kebiasa'an di akhir zaman ini. Anehnya sebagian dari Umat ini ketika mendengar suara adzan berkumandang di Masjid, bukannya memenuhi panggilan Sang Ilahi malah sebaliknya mereka mengina, mengolok-ngolok dan mentertawai para Muadzin, seakan-akan mereka tidak mau mendengar seruan muadzin tersebut, ini merupakan salah satu penyebab meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar dan Jihad.

 Dan yang lebih anehnya lagi sebagian dari umat ini tidak suka, memfitnah, mengolok, mengejek-ngejek ketika melihat saudaranya yang Muslim pulang pergi ke Masjid. Melihat hal ini sebagian para 'Ulama, bahkan hampir seluruh 'Ulama telah berputus asa di dalam berdakwah, ini sangat kelihatan sekali, berapa banyak para 'Ulama, para Ustadz atau para kyai di sekitar kita yang melihat suatu kemungkaran yang ada di hadapannya akan tetapi mereka tenang-tenang saja, mereka tetap berada di Pondok Pesantren mereka masing-masing, seakan-akan mereka hendak mengasingkan diri dari masyarakat setempat, kampung tetangga, di perkota'an dan yang selainnya. 

Akibatnya kejahilan Agama semakin hari samakin meningkat. Masyarakat awam sering beralasan bahwa "tidak ada lagi yang mau mengajak dan bersedia mengajarkan agama kepada mereka." Sebaliknya para alim 'Ulama beralasan bahwa "tidak ada lagi yang mau mendengar dan mengikuti ajakan mereka. " Sebenarnya alasan masyarakat awam tersebut tidak di terima di sisi Alloh subhanahu wata 'Aala. karna mempelajari agama dan mendalaminya adalah kewajiban bagi setiap pribadi Muslim. 

Dalam peraturan pemerintah manapun, orang tidak dapat mengemukakan alasan bahwa ia tidak mengetahui undang-undang pemerintah, sekalipun ia tidak mengetahui undang-undang Negara, akan tetapi sekali ia membuat pelanggaran, ia tetap di hukum atau di adili karna di anggap membuat pelanggaran. Lalu bagaimana dengan Hukum Allohu tabaroka wata 'Aala, sebagai Ahkamul Hakimin? Tentunya, kejahilan kita terhadap hukum Alloh subhanahu wata 'Aala merupakan suatu dosa besar yang patut kita sadari. 

 Begitupula alasan para 'Ulama, Ustadz, kyai, bahwa tidak ada lagi yang mau mendengarkan ajaran agama. Hal itu tidak pantas di jadikan alasan untuk meninggalkan dakwah/Amar Ma'ruf Nahi Mungkar Dan Jihad selama mereka mengaku sebagai da'i-da'i Alloh, sebagai penerus perjuangan Rosululloh shollallohu alayhi wa 'ala aalyhi wa sallam. Apakah Rosululloh shollallohu alayhi wa sallam, para Sohabat Rodiyallohu ta 'Alaa anhum, para Tabi'in, dan orang-orang mulia lainnya tidak pernah bersusah payah di dalam mendakwahkan agama yang Mulia ini? Apakah mereka tidak pernah di lempari dengan batu? Tidak pernah di caci maki? Tidak pernah di siksa? Sebagian dari mereka kepalanya terpisah dari badan, istri-istri mereka menjadi jandah, anak-anak menjadi yatim, ketahuilah bahwa walaupun mereka di timpa berbagai mecam kesusahan, itu semua tidak bisa menghentikan mereka dari menyebarkan, mentablighkan, atau mendakwahkan agama yang Mulia ini. 

Setiap kesusahan dan kesulitan selalu menjadi sebab (asbab) tersebarnya agama dan hukum-hukum Alloh subhanahu wata 'ala. Secara umum kaum Muslimin menyangka bahwa tugas dakwah dan tabligh adalah tugas 'Ulama saja. Ini tidak benar. Setiap orang yang manakala melihat suatu kemungkaran yang ada di hadapannya, dan ia mampu untuk mencegahnya, maka wajib baginya untuk menghentikan kemungkaran tersebut. 

Jika hanya 'Ulama saja yang berkewajiban mekakukannya, lalu jika mereka ada halangan sehingga tidak sempat melaksanakan tugasnya, maka kewajiban tersebut tentu akan kembali kepada pundak setiap Muslim. Banyak ayat dan hadits yang menyatakan pentingnya dakwah, tabligh dan amar ma'ruf nahi mungkar dengan sangat gamblang. 

 Di bawah ini ayat-Ayat Alloh yang menjelaskan tentang pentingnya dakwah: Alloh ta 'ala berfirman yang artinya: "

Dan siapakah yang lebih baik perkata'annya daripada orang yang menyeru (manusia) kepada Alloh dan mengerjakan 'amal sholeh dan berkata "Sesunnguhnya aku termasuk orang yang berserah diri (muslim) ." (Al-fushilat: 33).

Sebagian para Mufasir menafsirkan ayat di atas bahwa: barang siapa yang menyeru manusia kejalan Alloh ta 'ala dengan cara apapun maka ia berhak mendapat kehormatan seperti yang telah di sebut pada ayat di atas. 

Begitupun sebagian ahli tafsir yang lain mengatakan bahwa: dalam setiap amalan dakwah dan tabligh sepatutnya kita tidak merasa sombong telah menjadi seorang Mubaligh. Kita seharusnya merendahkan diri, dengan menganggap bahwa kita hanyalah seorang Muslim, seperti Muslim yang lainnya. Begitu juga Alloh ta 'ala berfirman di dalam Quran surah Adzariyat ayat: 55 yang artinya:

 "Dan berilah peringatan, sesunngguhnya peringatan itu Bermanfaat bagi orang-orang beriman." 

 Sebagian dari Ahli Tafsir menulis maksud dari ayat ini adalah mentablighkan ajaran Islam, yakni memperingatkan orang-orang beriman dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Hal ini sangatlah bermanfa'at bagi mereka, bahkan juga kepada mereka yang belum beriman, karna dengan usaha ini Insya Alloh mereka menjadi beriman. Di dalam Quran surah Thoha ayat: 132 Allohu ta 'ala juga menjelaskan tentang pentingnya dakwah dan tabligh kepada keluarga, ahli keluarga, kerabat dan yang selainnya. Alloh ta 'Alaa berfirman yang artinya: 

  "Dan suruhlah keluargamu (umatmu) dengan Sholat, dan bersabarlah atasnya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki. Dan akibat yang baik itu bagi orang-orang yang bertaqwa."

'Alim 'Ulama menegaskan bahwa ayat ini juga berarti, disamping kita mengajak orang lain untuk beramal, hendaklah kita terlebih dahulu mengamalkannya. Inilah cara bertabligh yang lebih bermanfa'at, karna disamping mengajak orang lain beramal dengan amalan yang sholeh, kita juga mengamalkannya. Para Nabi di utus untuk teladan bagi umatnya, dan mereka lebih dulu mengamalkan apa yang mereka sampaikan, sehingga kaumnya beranggapan ternyata ajaran agama itu mudah untuk di amalkan. Allohu ta 'ala juga berfirman yang artinya:

 "Kalian adalah sebaik-baiknya umat yang di lahirkan untuk manusia. Kalian menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dan kalian beriman kepada Alloh ta 'ala." (Al-Imron: 110).

Banyak hadits Rosululloh shollallohu alayhi wa sallam yang menerangkan bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik, yang termulia diantara umat yang lainnya. Banyak ayat Qur'an yang menguatkan hal ini, baik secara jelas maupun secara isyarat. 

Dalam ayat diatas Alloh ta ala telah memuliakan kita sebagai umat yang terbaik, dan Alloh ta 'ala juga telah menyebut syaratnya, yakni selama kita berdakwah mengajak umat ini kembali ta'at kepada Alloh ta 'ala dan mencegah mereka dari kemungkaran. 

 Ahli tafsir menafsirkan tentang ayat diatas yakni, kalimat Amar ma'ruf nahi mungkar di sebut terlebih dahulu ketimbang kalimat Iman. Padahal iman adalah pangkal segala amalan. Tanpa iman kebaikan apapun tidak akan di terima, tidak sedikitpun bernilai di hadapan Allohu tabaroka wata 'ala. Karna sudah ada sejak kehidupan umat terdahulu, akan tetapi ada suatu amalan yang dapat membedakan antara umat Rosululloh shollallohu alayhi wa sallam dengan umat sebelumnya, Yakni tugas Dakwah (amar ma'ruf nahi mungkar). 

 Inilah yang menyebabkan umat Rosululloh shollallohu alayhi wa sallam lebih di istimewakan ketimbang umat yang lainnya. Tentunya tugas ini benar-benar di laksanakan dengan tertib. Meskipun demikian,, dalam ayat ini kalimat. Iman lebih di tekankan, karna segala amalan akan tertolak tanpa adanya iman.

  Washollallohu 'alannabiyyina Muhammad

Penulis menyeru kepada seluruh kaum Muslimin agar berusahalah dengan sungguh-sungguh, sekuat tenaga untuk meluangkan sebagian waktunya semata-mata untuk menunaikan tugas dakwah yang Mulia ini, dan istiqomahlah pada setiap amalan. Sebuah sya'ir mengatakan: Luangkan waktu sedapat mungkin Karna kita tidak mengetahui pasti kapan hidup akan berakhir. Perlu di ketahui bahwa untuk kepentingan usaha dakwah dan tabligh, orang tidak harus menjadi 'Ulama terlebih dahulu. Siapapun yang Muslim yang manakala melihat suatu kemungkaran yang berada di hadapannya, dan ia mampu menghentikannya, maka ia wajib menghentikannya.

  Wallohuta 'ala a'lam bisshowab. 

Amar Ma'ruf Nahi Mungkar Dan Jihad Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Gusari bethan

0 komentar:

Posting Komentar

Assalamualaykum
Berilah komentar dengan menjaga adab