Jumat, 24 November 2017

Pernikahan Ala Hidayatulloh

Nikah Berharap BerkahMenikah Berharap 🙏 Berkah. Menikah dengan orang yang kita kenal dan yang kita cintai adalah suatu hal yang biasa. Akan tetapi menikah dengan orang yang sama sekali tidak kita kenal sebelumnya adalah suatu hal yang sangat luar biasa. Seperti itulah ungkapan yang biasa di dengar di kalangan para santri Pondok Pesantren Hidayatulloh, khususnya di Kampus Gunung Tembak, Balikpapan Kalimantan Timur.

 Pernyata'an yang seperti itu tentunya mempunyai dasar, sebab Pondok Pesantren Hidayatulloh khususnya Pondok pusat di Balikpapan mempunyai tradisi menikahkan santrinya secara massal atau yang biasa di sebut dengan "Walimah jama'i," atau yang akrab di sebut dengan "Pernikahan Mubarokah." 

Pernikahan tersebut di sebut massal sebab pada pelaksana'annya panitia bisa menikahkan belasan, puluhan bahkan pernah di tahun 1997 panitia Hidayatulloh menikahkan para santri mencapai 100 pasangan mempelai sekaligus. Di sebut pernikahan mubarok tak lain karna disana ada harapan sekaligus ungkapan do'a semoga salah satu dari sunnah Nabiyalloh Muhammad shollallohu alayhi wa ala alyhi wa sallam ini selain lebih syar'i, juga mengandung berkah dari Allohu tabaroka wata ala. 

Para santri meyakini bahwa hanya dengan modal berkahlah harapan menggapai kehidupan Sakinah Mawaddah Warohmah itu bisa dirasakan oleh setiap pasangan. Inilah alasan yang mendasar kenapa para peserta sangat antusias mengikuti Pernikahan Ala Hidayatulloh. Lalu apa bedanya pernikahan ala Hidayatulloh dengan pernikahan yang biasa dilakukan di kantor KUA? Sebenarnya tak ada yang berbeda dengan proses pernikahan pada umumnya, kecuali karena pernikahan tersebut melibatkan jumlah mempelai yang tidak sedikit jumlahnya. 

"Proses pernikahan disini juga bekerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) setempat dalam hal administrasi dan kehadiran penghulu." Semua persyaratan dan rukun nikah juga ada pada pernikahan Mubarokah. Mulai dari wali, saksi, penghulu, mahar, khutbah nikah, buku nikah dan yang selainnya. Yang dapat membedakan pernikahan ini tak lain kecuali motivasi dan spirit dari para ustadz itu sendiri. Inilah upaya nyata Pondok Pesantren Hidayatulloh dalam membendung arus budaya barat, khususnya masalah pernikahan di masyarakat pada umumnya. 

Dakwah Dan Perjuangan Islam Menurut Ustadz Rizal (salah seorang ustadz di Ponpes Hidayatulloh), bukan rahasia lagi jika hari ini tak jarang ada pemuda Islam yang tak kunjung menikah hanya karna tidak mempunyai modal atau tidak mempunyai uang untuk biaya nikah. Disini lain, para pemuda Islam juga di hadapkan dengan adat dan tradisi yang tak jarang menyulitkan proses pernikahan itu sendiri. Oleh karna itulah sejak dini Pesantren Hidayatulloh membuat program tersebut. Syaratnyapun mudah, "cukup" menjadi santri Hidayatulloh selama beberapa tahun. Sebab pernikahan Mubarokah tak lain adalah pernikahan dengan tujuan dakwah dan perjuangan.

 Kata Ustadz Rijal, syarat awal pernikahan adalah santri atau kader Hidayatulloh yang tentunya telah memiliki kesama'an visi dan misi dalam memperjuangkan dakwah Islam. Setelah itu, seluruh berkas yang masuk diverivikasi oleh panitia pernikahan. Selanjutnya para peserta akan di wawancarai oleh para Ustadz tersebut. Dalam perjalanan Pondok Pesantren Hidayatulloh secara resmi dari tanggal 3 maret 1976 telah banyak menyelenggarakan acara pernikahan sebanyak puluhan kali. Awalnya pada tanggal 6 Maret 1977. Sa'at itu Pesantren Hidayatulloh menikahkan dua orang santrinya, yakni Abdul Qodir Jailani dan pasangannya Nurhayati H Rowa, dan yang kedua yakni Sarbini Nasir dan pasangannya Salmiyah. 

Kini mereka berdua telah menjadi pembina di Pesantren Hidayatulloh Balikpapan. Setelah itu Pesantren Hidayatulloh rutin menggelar walimah jama'i dalam setahun atau dua tahun sekali. ‌Selain di kemas dengan proses sederhana, dukungan dari Kantor Urusan Agama (KUA) Balikpapan Timur, menjadi alasan Pelaksanaan pernikahan mudah dan lancar. ‌ ‌Bahakan tak jarang pujian datang dari pengurus KUA setempat mereka mengapresiasi pernikahan mubarokah, sebab sebelumnya para calon peserta diberi pembekalan khusus selama satu hingga dua pekan berturut-turut. ‌ ‌Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi pemahaman mempelai dan kehidupan rumah tangga mereka kelak. 

"Pernikahan yang seperti ini layak di sosialisasikan kepada masyarakat. Sebab selain praktis, jauh dari tradisi yang memberatkan, para calon mempelai juga di beri pembekalan ilmu sebelum melangsungkan pernikahan." ‌ ‌Awalnya peserta pernikahan sama sekali tidak membebani biaya dalam proses sebuah pernikahan. Namun beberapa tahun terakhir, seiring dengan jumlah peserta pernikahan yang semakin banyak, membuat biaya pernikahan pun semakin meningkat.

 Oleh karna itu khusus pengantin pria, mereka dikenakan infaq sebesar Rp: 1,5 juta ‌ ‌Biaya tersebut digunakan untuk konsumsi selama para peserta menjalani masa Karantina dan pembekalan sepekan, pakaian seragam mempelai, mahar, akomodasi, biaya administrasi dan buku nikah. ‌ ‌Pengguna'an seluruh infaq yang terkumpul dari peserta adalah untuk peserta itu sendiri, bukan untuk kepentingan panitia.

Demikian sedikit informasi dari kami, semoga bermanfa'at. Wallahu a'lam bisshowab.
Jika anda berminat dengan Pernikahan Ala Hidayatulloh maka dipersilahkan untuk segera mendaftar.

Barokallohufik

Pernikahan Ala Hidayatulloh Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Gusari bethan

0 komentar:

Posting Komentar

Assalamualaykum
Berilah komentar dengan menjaga adab